TANGERANG,DICATNEWS - Masuknya pengaruh budaya luar yang berbeda dengan kebudayaan lokal. Menurut R. Mustaya, amatlah kentara, disini, budaya luar itu memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, kemudian masuk dan memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat.
Setelah hal itu terjadi dalam waktu
yang tidak singkat, maka perlahan-lahan disadari ataupun tidak, masyarakat akan
menerima nilai-nilai budaya luar tersebut dan hal ini berakibat pada adanya
perubahan atau bahkan kelunturan nilai-nilai budaya lokal yang dianut
sebelumnya.
Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar,
asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada
kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai
dilupakan. “ Hilang budaya, hilang bangsa,” papar nya.
Masih menurut Mustaya, Budayawan dan seniman dalang sunda sekaligus pendiri Padepokan Gentra Lodaya. Katanya, tidak dapat dipungkiri, demokratisasi membawa dampak pada memudarnya etika berbahasa. Hal ini dikarenakan, dengan adanya demokratisasi, individu cenderung diposisikan sama atau setara dengan individu lain, ujarnya kepada Dicat di kediamannya, di Cimone, beberapa pekan silam.
Senada dengan itu Panji Waluyo juga
menjelaskan, faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas
bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian
maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan
kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara
lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.
Untuk mencegah agar etika berbahasa itu tidak luntur, maka diperlukan berbagai upaya. Seperti membiasakan perilaku yang baik terhadap anak dan memberikan pendidikan tata krama, etika, maupun sopan santun.
“Pendidikan tata krama ini dapat
dilakukan dalam lingkup keluarga maupun pendidikan formal,” kata Panji, seniman
serbabisa juga pimpinaan Sanggar Jampi Kangen, (24/5).
Pasalnya, pentingnya pendidikan tata
krama itu mutlak ada karena dari tata krama akan mencerminkan budaya suatu
bangsa atau masyarakat. Hal itu tentunya juga harus didukung dengan adanya
sopan santun yang memadai. Sopan santun disini diartikan sebagai suatu aturan
atau tata cara yang turun temurun dari budaya masyarakat yang berguna untuk
bergaul, agar terjalin hubungan yang harmonis, dan saling menghormati
berdasarkan adat yang telah ditentukan, imbuhnya.
Selain itu, Panji juga berharap bahwa peran media massa amatlah penting. Disini, media massa berperan sebagai sarana untuk mensosialisasikan nilai-nilai, dan mempengaruhi masyarakat.
“Dengan adanya media massa yang menjunjung tinggi etika, tata krama, nilai-nilai luhur dari suatu budaya, maka diharapkan dapat mengurangi ataupun meminimalisasi dampak dari demoralisasi yang beerlebihan,” harapnya. (MED)
Post A Comment:
0 comments: